Minggu, 23 Mei 2010

BERATNYA MENJADI PEMIMPIN

Renungan ini adalah untuk kita semua. Karena pada hakikatnya kita semua adalah pemimpin, baik bagi diri kita pribadi, maupun untuk keluarga dan orang-orang lain di sekitar kita. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Tiap-tiap diri kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban kepemimpinan kalian". (HR. Bukhari)

Menjadi pemimpin memang bukan pekerjaan mudah. Salah langkah atau salah memutuskan dapat menjadi penghalang dalam memasuki surga-Nya. Karena jika satu saja dari orang-orang yang dipimpin tidak ridha atas diri sang pemimpin ataupun keputusan-keputusan yang dibuat, maka dapat menahan langkah sang pemimpin kelak di yaumul akhir, karena Allah akan menunda rahmat-Nya ketika ada satu mahluknya yang tidak ridha. Karena itulah, setiap keputusan yang dibuat oleh seorang pemimpin haruslah dipikirkan secara matang dan terencana. Bukan sekedar mengikuti arus, atau mengikuti situasi dan kondisi yang ada. Karena itulah amanah menjadi seorang pemimpin adalah berat adanya, sehingga Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab dan para sahabat Rasulullah lainnya ketika terpilih menjadi khalifah sempat menangis karena membayangkan betapa beratnya pertanggungjawaban mereka kelak di akhirat. Karena satu saja dari rakyat mereka tidak ridha atas kepemimpinan mereka, maka surga yang dijanjikan Allah akan tidak pernah diraih.

Memang benar, seorang pemimpin pada hakekatnya tetaplah seorang manusia yang tidak luput dari khilaf dan dosa. Apalagi seorang manusia tidak akan pernah luput dari cobaan dan ujian dari Allah selama hidupnya. Sebagaimana firman Allah:

“Wahai Hambaku! Sesungguhnya kamu pasti melakukan kesalahan siang dan malam…….
(Hadis Qudsi diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Dzar dari Nabi SAW, dari Allah ‘Azza wa Jalla)

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
"Dzat Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Al-Mulk: 2)

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. Al-Ankabut: 2)

Sehingga sangat mungkin dalam perjalanannya sebagai seorang pemimpin, seseorang melakukan kesalahan dan kekhilafan karena pengaruh dari masalah-masalah yang dihadapinya. Maka tidak heran jika setiap malam Khalifah Umar bin Abdul Aziz menangis meminta ampun kepada Allah atas setiap kelalaian dirinya dalam mengurus umat.

Karena itulah, maka empati dan simpati harus kita berikan kepada pemimpin-pemimpin kita yang sudah berusaha sekuat tenaga menunaikan amanahnya sesuai dengan hukum-hukum Allah namun tetap terjadi kesalahan dan kekhilafan pada diri mereka. Karena mungkin hal itu terjadi karena keterbatasan mereka sebagai manusia yang juga memiliki masalah-masalah pribadi yang butuh diselesaikan. Juga karena keterbatasan mereka dari sisi ihsas dan pemikiran yang belum bisa ‘terbang’ dalam melihat masalah sehingga keputusan-keputusan yang mereka buat tidak menyelesaikan masalah yang ada karena belum menyentuh akar permasalahannya.

Namun, catatan penting bagi seorang pemimpin yang mengharapkan pengertian dari orang lain akan keterbatasannya, bahwa seorang pemimpin pun harus memberikan empati dan simpatinya pada orang-orang yang dipimpinnya jika menginginkan diberikan feed-back yang serupa. Sudahkah sang pemimpin memberikan yang dibutuhkan oleh para ‘bawahannya’? Sudahkah sang pemimpin berempati dan bersimpati terhadap permasalahan-permasalahan pribadi mereka yang juga membutuhkan arahan sang pemimpin untuk menyelesaikannya?

Jika belum, maka jangan mengharapkan ada empati dan simpati yang diberikan. Karena pada hakikatnya, hubungan antara sesama muslim adalah saling memberi dan saling menerima.
U’ll take what u’ve given.

Maka, bagi kalian yang telah dan sedang berproses menjadi pemimpin, berhati-hatilah dalam melangkah dan mengambil keputusan. Karena pada hakikatnya, bukan hanya amal diri yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak, tapi juga amal orang-orang yang kita pimpin.

Wallahu’alam bi shawab…….

0 komentar: